BANJAR, JurnalMedia – Di tengah maraknya larangan penyelenggaraan Study Tour di berbagai daerah, SMPN 3 Banjar tetap melaksanakan kegiatan Karya Wisata bagi siswa kelas 8 ke Yogyakarta pada Selasa 18 Februari 2025.
Ketua pelaksana kegiatan, Jaja, menjelaskan bahwa program ini telah direncanakan jauh sebelum adanya aturan larangan Study Tour. Selain itu, sekolah telah berkoordinasi dengan orang tua siswa serta mendapatkan persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat.
“Kegiatan ini sudah dirancang sejak lama sebagai bagian dari pembelajaran di luar kelas (outing class) yang bertujuan menambah wawasan siswa,” ujar Jaja.
Menanggapi aturan larangan Study Tour, Jaja menegaskan bahwa pihak sekolah tidak bermaksud mengabaikan kebijakan tersebut. Namun, karena persiapan telah dilakukan sebelumnya dan telah memperoleh izin dari pihak terkait, kegiatan tetap dilaksanakan.
“Kami tidak bermaksud melanggar aturan yang ada, tetapi kegiatan ini sudah kami rancang sejak jauh hari,” tegasnya.
Sebanyak 213 siswa mengikuti Karya Wisata ini. Beberapa destinasi yang dikunjungi antara lain Candi Prambanan, Museum Dirgantara, Heha Sky View, Lava Tour Merapi, Benteng Vredeburg, dan Malioboro.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memperkaya pengalaman dan wawasan siswa,“ tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjar, Kaswad, melalui pesan WhatsApp, membenarkan bahwa SMPN 3 Banjar telah mendapatkan izin untuk melaksanakan perjalanan ini.
“SMPN 3 telah memiliki kontrak dengan pihak travel dan melakukan pemesanan penginapan. Kegiatan ini juga sudah mendapatkan persetujuan dari orang tua siswa,” jelasnya.
Namun, ia menegaskan bahwa bagi sekolah lain yang belum memiliki kontrak dengan travel atau pemesanan penginapan, diimbau untuk tidak mengadakan Study Tour mulai 20 Februari 2025 hingga adanya regulasi baru yang mengizinkan kegiatan tersebut.
Salah satu orang tua siswa, Lies, yang mengantar anaknya untuk berangkat, mengaku sempat merasa khawatir. Namun, ia tetap mendukung kegiatan ini karena melihat manfaatnya bagi anak-anak.
“Ada rasa was-was, tapi saya juga mendukung karena ini bisa menjadi pengalaman berharga bagi anak-anak,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini adalah Rp 1 juta per siswa. (Ucup)