Scroll to Continue
Berita

Mahasiswa STISIP Bina Putera Banjar Menggelar Festival Kaulinan Barudak di Desa Cibeureum

×

Mahasiswa STISIP Bina Putera Banjar Menggelar Festival Kaulinan Barudak di Desa Cibeureum

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Eksplorasi Potensi Desa (KKN-EPD) dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Bina Putera Banjar bersama anak-anak bermain permainan anak-anak zaman dulu. Foto:Ist/JM

BANJAR, JURNALMEDIA.ID – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Eksplorasi Potensi Desa (KKN-EPD) dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Bina Putera Banjar telah sukses melaksanakan “festival kaulinan barudak” bersama anak-anak Desa Cibeureum. Festival ini menggandeng puluhan anak di Desa Cibeureum, Kota Banjar untuk bermain bersama permainan anak-anak zaman dulu ketika teknologi belum mengisi kehidupan sehari-hari.

Suasana ceria dan riang memenuhi area Situ Leutik Desa Cibeureum serta pancaran kegembiraan anak-anak yang antusias bermain bersama permainan tradisional. Dalam festival ini, mahasiswa KKN-EPD berkolaborasi dengan warga desa untuk menghidupkan kembali permainan tradisional yang mungkin telah terlupakan oleh anak-anak masa kini.

Advertisement
Advertisement

Beberapa anak tampak melepas sandalnya bermain “Pecle,” mereka bergembira melompat-lompat di atas garis kotak-kotak, menunjukkan keterampilan dan ketangkasan mereka. Permainan yang sudah langka ini kembali menemukan tempatnya di hati anak-anak, mengajarkan nilai keberanian dan kepercayaan diri.

Pecle adalah permainan yang biasanya dimainkan anak perempuan. Permainan ini dilakukan di atas media tanah yang digarisi kotak-kotak. Para pemain menggunakan genteng yang dibentuk segi empat sebagai gundu. Mereka akan berjalan menggunakan 1 kakinya dengan cara melompat-lompat dan berkesempatan untuk menguasai satu kotak saat sudah selesai menjalani satu sesi permainan lengkap. Permainan akan terus diulang hingga semua kotak sudah dimiliki oleh para pemain. Perlu diketahui, permainan ini sering kali menyebabkan anak-anak menjadi susah kencing saat malam hari setelah di siang harinya mereka memainkannya.

Baca juga:  Diduga Sopir Mengantuk, Xenia Tabrak Grand Max di Jalan Raya Cijulang-Pangandaran

Di sudut lain, anak-anak berjejer mengikuti permainan “Oray-orayan” sebuah permainan ringan yang menguji kecepatan dan ketepatan dalam mengikuti ritme irama lagu yang ditentukan. Tawa dan sorak sorai mereka menggema di antara rumah-rumah panggung di Situ Leutik Desa Cibeureum Kota Banjar.

“Festival kaulinan barudak ini merupakan ajang berkumpul anak-anak desa sambil bermain permainan tradisional. Harapan dari kegiatan ini adalah untuk menghidupkan suasana pedesaan yang ramah dan hangat di tengah himpitan permainan berbasis teknologi,” kata Ketua KKN EPD Desa Cibeureum Alan kepada jurnalmedia.id, Kamis 27 Juli 2023.

Tak hanya permainan, kata Alan, dalam festival itu para anak juga diajarkan bermain alat musik tradisional yaitu angklung. Mereka bergabung dalam kelompok karawitan yang dibentuk secara spontan, menghasilkan harmoni yang menggetarkan jiwa.

“Permainan musik tradisional ini tak hanya memperkuat kecintaan anak terhadap budaya leluhur, tetapi juga memberi kesempatan bagi bakat musik mereka untuk bersinar,” tuturnya.

Kata dia, ada pula permainan “perepet jengkol” yang mengasah strategi dan konsentrasi. Anak-anak berdiri saling membelakangi satu sama lain dengan posisi kaki yang saling berantai mengikat bertumpang pada kaki rekannya, anak-anak senang bermain sambil berinteraksi dengan teman sebayanya.

Baca juga:  Karo SDM Polda Jabar dan Kapolres Pangandaran Cek Kesiapan Pengamanan Nataru

“Selain permainan tradisional, ada pula sudut kreativitas yang menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk menggambar, mewarnai, dan membuat kerajinan tangan. Hasil karya mereka dipamerkan dengan bangga, menunjukkan potensi kreativitas yang tak terbatas dalam diri setiap anak. Senyuman dan keceriaan nampak dari wajah-wajah mereka yang tak terpisahkan dari layar gadget,” papar Alan.

Terpisah, Dosen Pembimbing Lapangan Tofan Ibrahim menyampaikan, festival ini telah memberikan pengalaman tak terlupakan bagi anak-anak. Mereka diajak untuk melebur dengan riwayat permainan anak tanpa teknologi yang mengajarkan banyak hal berharga, seperti kebersamaan, kejujuran, dan semangat pantang menyerah.

“Melalui upaya yang lugas ini, para mahasiswa KKN-EPD STISIP Bina Putera dan warga desa telah berhasil menghidupkan kembali semangat bermain dan belajar yang tak lekang oleh zaman. Festival ini menjadi tonggak bersejarah yang mengingatkan kita akan keindahan masa lalu dan mengajarkan bahwa tradisi adalah harta tak ternilai yang harus dilestarikan dengan penuh cinta dan kepedulian,” pungkasnya.

Penulis: Ucup Lesmana