BANJAR. JurnalMedia – Sebuah tragedi memilukan mengguncang sebuah keluarga di Kota Banjar, di mana seorang gadis belia berusia 10 tahun, yang kita sebut Bunga, menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah tirinya sendiri, S. Peristiwa ini meninggalkan luka fisik dan trauma mendalam bagi korban.
Motif di balik tindakan bejat ini sungguh tragis. Pelaku mengaku nekat melakukan perbuatan tersebut lantaran merasa tidak mendapatkan ‘jatah hubungan suami istri’ dari istrinya, ibu kandung Bunga.
Kasus ini terungkap setelah keberanian Bunga untuk menceritakan penderitaannya kepada sang ibu. “Ia menangis dan menolak tinggal di rumah. Setelah didesak, korban akhirnya bercerita,” ungkap Kapolres Banjar AKBP Tyas Puji Rahadi, S.I.K., melalui Kasat Reskrim Polres Banjar Iptu Heru Samsul Bahri dalam konferensi pers di Mapolres Banjar hari ini.
Ibu korban yang terkejut dan terpukul mendengar pengakuan putrinya, segera melaporkan S kepada pihak kepolisian.
Menurut Iptu Heru, aksi keji tersebut telah terjadi hingga tujuh kali di dalam rumah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi Bunga. Hasil visum pun mengonfirmasi adanya luka robek pada organ vital korban, semakin memperkuat bukti kekejaman pelaku. “Korban mengalami trauma berat. Ia bahkan enggan kembali ke rumah,” imbuh Heru.
S, yang seharusnya menjadi pelindung bagi Bunga, justru menjelma menjadi sosok yang menakutkan dalam hidupnya. Alasan ‘pelampiasan’ yang diungkapkan pelaku akibat kurangnya komunikasi dengan istri menuai kecaman keras. “Ini bukan alasan yang bisa dibenarkan. Pelaku harus bertanggung jawab penuh atas perbuatannya,” tegas Heru.
Kini, S terancam hukuman maksimal sesuai dengan Pasal 81 UU No. 17/2016 tentang Perlindungan Anak, yang dapat berupa pidana penjara hingga 15 tahun atau bahkan hukuman seumur hidup.
Sementara itu, Bunga saat ini berada dalam perlindungan keluarga dan pihak berwenang. Kasat Reskrim Polres Banjar mengimbau masyarakat untuk tidak mengabaikan setiap indikasi kekerasan terhadap anak. “Laporkan setiap indikasi kekerasan pada anak. Mereka tidak bisa berjuang sendirian,” pesannya. (Ucup)