PANGANDARAN, JURNALMEDIA.ID – Pangandaran, sebuah daerah yang dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, kini menjadi pusat perhatian dalam konteks politik lokal. Komunitas Belajar Sabalad Pangandaran akan menggelar sebuah diskusi unik yang mereka sebut sebagai “Diskusi Jangkrik.” Diskusi ini akan berlangsung pada Selasa malam, 20 Agustus 2024, saat suasana malam masih dihiasi suara jangkrik, simbol ketenangan dan refleksi dalam kebudayaan setempat.
Tema utama diskusi ini adalah “Apa Makna Pangandaran dalam Kosmos?” Ketua Komunitas Belajar Sabalad, Dedi Supriatna, menyampaikan bahwa diskusi ini akan membahas berbagai aspek yang membentuk esensi Pangandaran dalam tatanan alam semesta, mulai dari religi, etika, ekonomi, pendidikan, keadilan, budaya, hingga lingkungan.
Menurut Dedi, penting bagi masyarakat untuk memahami bagaimana daerah mereka, Pangandaran, memiliki posisi dan peran dalam kosmos yang lebih luas.
“Kita harus merenungkan substansi apa yang hendak dibangun dan bagaimana itu akan dipatri dalam kebijakan publik. Apakah kita hanya mengikuti narasi politik yang klise, atau benar-benar mencari solusi konkret yang didasarkan pada pemahaman mendalam akan makna Pangandaran dalam konteks yang lebih luas,” ujarnya.
Dedi juga menyoroti narasi politik yang saat ini diproduksi oleh para bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Pangandaran. Menurutnya, narasi tersebut masih berputar pada standar moral seperti merakyat, jujur, dan amanah, yang meskipun penting, sering kali mengabaikan aspek kompetensi yang tidak kalah krusial.
“Ya, sampai hari ini, kita masih mendengar narasi yang sama: merakyat, jujur, amanah, dan seterusnya. Standar moral yang secara etik-normatif memang penting, tetapi di mana letak kompetensi? Bagaimana seorang calon pemimpin dapat menghadapi tantangan nyata jika tidak didukung oleh kompetensi yang memadai?” tegas Dedi.
Diskusi ini juga akan menjadi wadah bagi masyarakat Pangandaran untuk melakukan kontemplasi, mempertanyakan dan menganalisis pikiran serta visi dari para calon pemimpin mereka.
“Rakyat perlu tahu pikiran calon pemimpinnya. Jangan sampai kita hanya mengira-ngira atau meramal visi mereka. Itu bukan keahlian kita, itu keahlian dukun,” lanjut Dedi dengan nada serius namun penuh makna.
Dedi berharap melalui diskusi ini, masyarakat dapat melihat lebih jelas pendekatan dan teori apa yang akan digunakan oleh para calon pemimpin dalam memecahkan berbagai persoalan lokal. Dengan begitu, makna dan solusi yang dihasilkan bisa benar-benar menyentuh kebutuhan dan aspirasi masyarakat Pangandaran.
Diskusi yang akan digelar ini diberi tajuk “Simposium Rakyat: Apa Makna Pangandaran di dalam Kosmos?” Dedi menegaskan bahwa acara ini bukan sekadar diskusi biasa, tetapi merupakan sebuah ajang edukasi politik bagi masyarakat.
“Diskusi jangkrik ini diharapkan menjadi ruang bagi kita semua, bukan hanya untuk mendengar tetapi juga untuk belajar dan bertukar pikiran. Karena pada akhirnya, yang kita harapkan adalah terbitnya solusi-solusi yang nyata dan bermakna bagi Pangandaran,” pungkas Dedi.
Dalam suasana malam yang tenang, ditemani oleh suara jangkrik yang menjadi saksi bisu, diskusi ini diharapkan akan membuka wawasan baru bagi masyarakat Pangandaran dalam memilih pemimpin yang benar-benar memahami dan menghargai makna Pangandaran dalam kosmos. Diskusi ini juga menjadi pengingat bahwa dalam setiap pemilihan, rakyat harus bijak dan kritis dalam menilai, bukan sekadar terpaku pada janji-janji manis yang kerap dilontarkan dalam kampanye politik. (**)