Swami Anand Krisna, Ph.D dari Santana Dharma, menyoroti pentingnya cinta dalam mengatasi pembatasan manusia. Ia menekankan perlunya mengajarkan agama kepada anak-anak sejak dini untuk mengapresiasi keberagaman.
Sedangkan, Ws. Sugiandi Surya Atmaja dari Khonghucu menekankan konsep keseimbangan Yin dan Yang, seiring dengan ajaran Konghucu, untuk menciptakan hubungan harmonis antara Tuhan, manusia, dan alam.
RM. Dr. Antonius Benny Susetyo membahas kehidupan harmonis antara Hindu dan Budha di Indonesia serta mengingatkan pada bahaya mempelajari agama melalui media digital yang bisa menghasilkan pemahaman teks di luar konteks. Bhikku Dhammakara Mahathere dari agama Budha menyatakan bahwa cinta adalah perwujudan Tuhan dalam Budhis.
Ir. M. Rusli Malik, sebagai perwakilan Islam, menyatakan bahwa Pancasila adalah cinta dan keimanan yang membawa persatuan. Guru Gembul menekankan bahwa Islam adalah agama cinta dan welas asih yang menghargai perbedaan.
Pemaparan materi ditutup dengan sesi tanya jawab dari peserta webinar, menciptakan harapan bahwa dialog seperti ini dapat lebih sering terjadi di ruang publik untuk saling mengenal dan menghargai perbedaan dalam negara majemuk seperti Indonesia. (Saefullah)