Berita

Mengapa Korea Selatan Memiliki Tingkat Bunuh Diri Yang Tinggi?

×

Mengapa Korea Selatan Memiliki Tingkat Bunuh Diri Yang Tinggi?

Sebarkan artikel ini
Mengapa Korea Selatan Memiliki Tingkat Bunuh Diri Yang Tinggi?

Pada paruh pertama tahun dua ribu dua puluh ketika pandemi melanda negara itu terjadi lonjakan 30% kasus bunuh diri pada perempuan muda, sebagaimana konsekuensi sosial dari pandemi semakin membebani perempuan di negara tersebut, namun yang paling mencengangkan adalah perasaan kesepian yang ditimbulkan, dalam artian kalau pun tidak bunuh diri nyari sepertiga penduduk Korea berisiko mati kesepian sebuah survei bersama yang dilakukan oleh gelap Korea dan surat kabar lokal salesman moon pada 1.008 orang dewasa di seluruh Korsel.

Pada Desember 2020 satu menunjukkan 45,9% responden mengatakan mereka merasa lebih sendirian dibandingkan dengan era pandemi, hal ini disadari pemerintah Korea selatan yang kemudian memberikan layanan konseling psikologis cuma-cuma kepada masyarakat, di sisi lain panggilan darurat pun diterbitkan termasuk didirikannya pula pusat dukungan pemulihan bagi mereka atau keluarga yang terpapar pandemi.

Ketidaksetaraan gender, selama sepuluh tahun terakhir angka bunuh diri perempuan muda Korea selatan meningkat sekitar 5% per tahun, jika dihubungkan dengan kesepian perasaan kesepian di antara laki-laki meningkat dari 15,6% pada tahun 2019 menjadi 21,2 setahun kemudian, sementara pada perempuan naik dari 21,5% menjadi 23,4% berdasarkan laporan statistik research institute 2021, faktanya kasus bunuh diri di Rorea selatan ternyata didominasi oleh laki-laki.

Baca juga:  Membangun Generasi Muda: Pramuka dan Esensi Kepemimpinan di Kota Banjar

Meskipun jumlahnya sekitar dua banding satu, namun nyatanya lebih banyak perempuan yang mencoba untuk bunuh diri, sebagaimana diketahui pemuda Korea selatan merasa risih dengan aktivisme para feminis beberapa tahun terakhir, hingga muncullah sebuah gerakan yang disebut anti feminis padahal kesenjangan upah berbasis gender di Korea selatan masih yang terbesar di antara negara-negara manapun dan itu nyata di sana perempuan mendapat gaji 31,5 lebih sedikit daripada laki-laki.

Selain itu perempuan korsel mendapat skor terendah dalam indeks gelas seiring hambatan dalam berkarier yang dipublikasikan di ekonomi, pada 2021 lalu yakni 25 dari seratus poin atau kurang dari separuh rata-rata seorang istri enggak masuk akal jika tekanan yang dirasakan kaum perempuan cukup besar dalam masyarakat, ini juga berlaku bagi kalangan selebriti di mana mereka yang berjenis kelamin perempuan mendapat lebih banyak tekanan dan ujaran kebencian di sosial media, dari orang yang tadi kita bisa menyimpulkan bahwa tingginya tingkat bunuh diri di Korea selatan datang dari tingginya tekanan sosial yang diperburuk oleh ketidaksetaraan gender anak laki-laki dan perempuan.

Baca juga:  Rizwan Marrham Abaddan Laporkan Akun TikTok ‘satusayap792’ Terkait Dugaan Pencemaran Nama Baik Ibunya, Citra Pitriyami

Kesehatan mental yang tidak terjaga hingga rasa kesepian yang terpelihara membawa orang orang ini merujuk pada satu solusi pasti yakni pilihan mengakhiri hidup mereka yang bunuh diri pada awalnya akan merasa insecure, uncertainty, mudah panik, merasa tidak pernah dihargai, dan dicintai atau bahkan merasa selalu sendiri, sehingga mereka berpikir tidak akan ada yang bisa menolong dari sini pemerintah Korea selatan, kemudian mengusahakan perawatan kesehatan yang disesuaikan dengan usia jenis kelamin dan status sosial ekonomi dari masyarakat yang membutuhkan bantuan di tahun 2018, menurut kalian adakah faktor lain yang menjadi penyebab dari tingginya tingkat bunuh diri di Korea selatan.