Untuk pembangunan Museum The Mummy sendiri, Ade menegaskan, akan terus berlanjut sesuai dengan kesepakatan dalam rapat yang telah dilaksanakan bersama para tokoh agama, tokoh ulama, tokoh masyarakat, serta beberapa pihak terkait.
“Pokoknya museum The Mummy ini untuk edukasi ke masyarakat saja, bukan untuk disembah,” tegasnya.
Dia juga berharap setelah dibukanya museum The Mummy tersebut, Banjar Water Park kembali beroperasi. Jadi bukan hanya museum The Mummy saja yang diharapkan akan dinikmati pengunjung atau wisatawan.
Sementara itu, Direktur Maju Jaya Dwi Vira pengembang The Mummy Banjar, Daskim menyatakan rasa syukurnya atas hasil dari musyawarah dengan para ulama terkait polemik pembangunan museum The Mummy.
Dimana dalam musyawarah tersebut berhasil disepakati pemahaman dari segi akidah atas pembangunan ini. Sementara pihaknya melihat dari segi bisnis,
“Dari segi bisnis ini prospek yang cukup bagus, sedangkan dari segi agama keberadaan ,useum ini cukup sebagai edukasi kepada masyarakat, bagaimana kehidupan Firaun. Ini sebagai pelajaran, bahwa hidup di dunia ini sekuat-kuatnya manusia bahkan menyatakan dirinya sebagai tuhan akhirnya mati juga,” sebutnya.
Untuk Museum The Mummy ini sendiri sudah diplot untuk di Jawa Barat hanya dibangun di 2 tempat yaitu di Bandung dan di Kota Banjar. (Ucup)