Berita

Plastik Jadi BBM, Inovasi Pirolisis Desa Kujangsari Dapat Apresiasi

×

Plastik Jadi BBM, Inovasi Pirolisis Desa Kujangsari Dapat Apresiasi

Sebarkan artikel ini

BANJAR, JurnalMedia — Pemerintah Desa Kujangsari terus memperkuat posisinya sebagai desa inovatif melalui penerapan program pengolahan sampah terpadu berbasis pemberdayaan masyarakat. Kepala Desa Kujangsari, Mujahid, menegaskan bahwa berbagai terobosan yang dikembangkan bertujuan menjadikan desa lebih bersih, bebas sampah, sekaligus menghadirkan nilai ekonomi bagi warga (11/12/2025).

Mujahid menjelaskan, saat ini pihaknya fokus membangun inovasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat agar persoalan sampah dapat ditangani langsung dari sumbernya.

“Kami ingin menciptakan Desa Kujangsari yang bersih. Caranya dengan memberdayakan masyarakat untuk bersama-sama mengolah sampah, sehingga sampah tidak menjadi masalah, tetapi memberi manfaat,” ujarnya.

Salah satu program unggulan desa adalah OSAH (Olah Sampah ti Imah), yakni sistem pengolahan sampah yang dimulai dari rumah warga melalui pemilahan sesuai jenisnya, kemudian diarahkan menjadi produk yang bernilai guna.

Untuk sampah plastik yang masih memiliki nilai jual, warga mengumpulkannya melalui kelompok bank sampah yang telah tersebar di berbagai lingkungan desa. Hasil penjualan plastik tersebut masuk langsung ke rekening masing-masing warga.

Baca juga:  JNE ‘Bergerak Bersama’ di HUT ke-35 siapkan 2 unit Mobil dan Promo HARBOKIR

Sementara plastik yang tidak bernilai jual seperti plastik kresek dan jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang—dimanfaatkan sebagai bahan baku mesin pirolisis. Mujahid menjelaskan bahwa teknologi ini mampu mengolah plastik menjadi bahan bakar seperti pertalite atau solar.

“Plastik yang terlihat tidak bermanfaat itu sebenarnya bisa diolah menjadi BBM. Ini solusi agar plastik tidak dibakar yang justru mencemari lingkungan,” katanya.

Inovasi pirolisis dianggap sebagai terobosan penting, mengingat sebagian besar sampah rumah tangga warga merupakan sampah plastik.

Tidak hanya itu, sampah organik juga dikelola melalui program Sikokom (Sistem Komposter Komunal). Limbah dapur dan sisa makanan diolah menjadi pupuk kompos, eco-enzyme, atau dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti ayam dan itik. Dengan demikian, hampir seluruh sampah rumah tangga dapat diolah langsung dari rumah warga tanpa perlu dibuang ke luar wilayah desa.

Baca juga:  Hubungan PDI-P dan Demokrat Makin Mesra, Sinyal Nanang Permana-Anjar Asmara Maju di Pilkada Ciamis 2024

Salah satu inovasi yang mendapat sambutan positif dari masyarakat adalah pemanfaatan hasil penjualan sampah untuk membantu pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Warga dapat menabung di bank sampah, dan ketika SPPT PBB terbit, saldo sampah tersebut dapat digunakan untuk melunasi pajak.

“Ada warga yang bisa membayar penuh dari hasil sampah. Bahkan ada yang lebih, sampai dua ratus atau tiga ratus ribu rupiah setahun. Sisanya bisa digunakan untuk THR ketika lebaran,” ungkap Mujahid.

Melalui rangkaian inovasi ini, Pemerintah Desa Kujang Sari berharap dapat mewujudkan lingkungan desa yang bersih, sehat, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Sampah bukan lagi masalah, tapi komoditas yang bermanfaat. Kami mengajak masyarakat untuk terus mempertahankan program ini,” tegasnya. (Ucup)