Scroll to Continue
Berita

Ribuan Warga di Pangandaran Alami Krisis Air Bersih Akibat Kemarau Panjang

×

Ribuan Warga di Pangandaran Alami Krisis Air Bersih Akibat Kemarau Panjang

Sebarkan artikel ini

PANGANDARAN, JURNALMEDIA.ID – Musim kemarau tahun 2024 telah menyebabkan ribuan Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Pangandaran kekurangan air bersih, sehingga permintaan bantuan air bersih meningkat secara signifikan.

Menurut data dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Pangandaran, hingga akhir Agustus 2024, tercatat sebanyak 4.724 KK terdampak kekeringan yang sangat membutuhkan pasokan air bersih.

Advertisement
Advertisement

“Setidaknya ada tiga kecamatan yang paling terdampak oleh kekeringan ini, yaitu Kecamatan Cijulang, Cimerak, dan Kalipucang,” ungkap Ketua Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana, belum lama ini.

Nana menjelaskan bahwa di tiga kecamatan tersebut terdapat sembilan desa yang mengalami kekeringan parah. Desa-desa tersebut meliputi Cibanten, Kertayasa, Batukaras, Limusgede, Legokjawa, Sukajaya, Mekarsari, Batumalang, dan Bagolo.

Baca juga:  Serentak, Kemenpora Gelar Tarkam di 32 Provinsi

“Di Desa Cibanten saja, setidaknya ada 598 KK yang terdampak kekeringan, sementara di Kertayasa tercatat 319 KK, Batukaras 443 KK, Limusgede 188 KK, Legokjawa 83 KK, Sukajaya 970 KK, Mekarsari 1.418 KK, Batumalang 386 KK, dan Bagolo 319 KK,” tambahnya.

Secara keseluruhan, jumlah KK yang terdampak kekeringan mencapai 4.724 KK, yang setara dengan 15.613 jiwa yang mengalami kekurangan air bersih. Nana juga menambahkan bahwa masih ada beberapa desa yang belum melaporkan kondisi mereka secara resmi, sehingga angka tersebut kemungkinan masih lebih tinggi.

“Beberapa desa, terutama di Kecamatan Padaherang, belum melaporkan secara tertulis, hanya lewat telepon. Jadi bisa diperkirakan jumlah KK yang membutuhkan air bersih lebih dari 4.724,” jelasnya.

Baca juga:  Pilkada 2024, Tim Relawan Jendral dan Kapucino Gelar Mancing Mania di Padaherang

Nana juga mengungkapkan bahwa dalam sehari, Tagana bisa mendistribusikan lima hingga enam rit air bersih, yang setara dengan sekitar 30 ribu liter air.

“Kendala terbesar saat ini adalah operasional. Akibatnya, beban biaya distribusi air bersih harus ditanggung oleh warga terdampak atau pemerintah desa setempat. Kami hanya bisa menyediakan armada dan personil untuk membantu distribusi,” pungkasnya. (**)