PANGANDARAN, JurnalMedia – Setiap tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Fisioterapi Sedunia atau World Physical Therapy Day. Peringatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai peran vital fisioterapis dalam menjaga kesehatan sepanjang kehidupan, khususnya dalam menghadapi proses penuaan.
Tahun ini, tema global yang diusung adalah “Healthy Ageing” atau “Penuaan yang Sehat”. Tema tersebut menekankan pentingnya upaya menjaga kualitas hidup agar setiap individu dapat tetap aktif, produktif, dan mandiri meskipun memasuki usia lanjut.
Penuaan adalah proses alami yang dialami setiap manusia. Namun, sehat di usia lanjut bukan hanya soal panjang umur. Yang lebih penting adalah bagaimana seseorang dapat menikmati hidup dengan tetap bugar, bebas dari risiko jatuh, serta terhindar dari kondisi yang sering menimpa lansia, seperti kelemahan otot (frailty), osteoporosis, hingga gangguan mobilitas.
Menurut berbagai studi kesehatan, salah satu tantangan terbesar pada kelompok lansia adalah berkurangnya fungsi fisik. Otot melemah, sendi kaku, serta menurunnya keseimbangan sering membuat mereka rentan jatuh. Padahal, jatuh pada lansia bisa menimbulkan risiko serius, mulai dari patah tulang hingga kecacatan permanen.
Di Kabupaten Pangandaran, layanan fisioterapi juga tersedia di RSUD Pandega Pangandaran. Masyarakat dapat berkonsultasi langsung dengan fisioterapis profesional untuk mendapatkan pendampingan, baik dalam pencegahan maupun penanganan gangguan fisik.
Direktur RSUD Pandega Pangandaran, Titi Sutiamah menegaskan bahwa layanan fisioterapi terbuka untuk semua kalangan. Tidak hanya pasien pascaoperasi atau yang mengalami cedera, melainkan juga bagi masyarakat yang ingin menjaga kesehatan tubuh sejak dini.
“Banyak masyarakat yang berpikir fisioterapi hanya untuk orang sakit. Padahal, fisioterapi juga sangat efektif untuk mencegah berbagai masalah fisik di masa depan, terutama bagi lansia,” ujar Titi.
Menurut Titi, peringatan Hari Fisioterapi Sedunia bukan hanya perayaan seremonial, melainkan ajakan bagi masyarakat untuk lebih peduli pada kesehatan fisik.
“Keluarga memiliki peran besar dalam mendorong orang tua agar tetap aktif. Mengajak jalan pagi, menemani senam, atau sekadar mengingatkan untuk bergerak bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar,” terangnya.
Selain itu, pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan juga diharapkan memperluas akses layanan fisioterapi. Edukasi publik mengenai manfaat fisioterapi masih perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak ragu memanfaatkan layanan ini.
Indonesia saat ini sedang menghadapi dua fenomena demografi sekaligus: bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif yang besar, serta peningkatan jumlah lansia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2030 diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai lebih dari 30 juta jiwa.
Tanpa persiapan yang baik, angka lansia yang besar bisa menjadi beban sosial dan ekonomi. Namun, jika mereka tetap sehat, mandiri, dan produktif, lansia justru bisa menjadi aset berharga. Fisioterapi menjadi salah satu kunci dalam strategi menghadapi tantangan tersebut.
Penuaan Sehat Adalah Hak Semua Orang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa penuaan sehat adalah hak setiap orang. Artinya, setiap individu berhak untuk mendapatkan akses layanan kesehatan, termasuk fisioterapi, agar dapat menikmati masa tua yang berkualitas.
Di Indonesia, kesadaran ini semakin tumbuh. Berbagai rumah sakit, klinik, hingga puskesmas mulai menyediakan layanan fisioterapi. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan layanan tersebut dapat menjangkau hingga ke daerah-daerah terpencil.
Hari Fisioterapi Sedunia tahun ini menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat komitmen bersama. Tidak hanya tenaga kesehatan, tetapi juga pemerintah, keluarga, dan masyarakat luas harus berkolaborasi agar konsep Healthy Ageing benar-benar terwujud.
Mari dukung para fisioterapis yang bekerja setiap hari mendampingi masyarakat, dari anak-anak hingga lansia. Mari juga dukung orang tua kita untuk tetap aktif bergerak, menjaga keseimbangan, dan percaya diri menjalani masa tua.
Dengan pencegahan yang tepat, aktivitas fisik yang teratur, pola makan sehat, serta pendampingan fisioterapi, kita bisa mewujudkan generasi lansia yang sehat, mandiri, dan bahagia.
Peran Strategis Fisioterapi
Fisioterapi bukan sekadar terapi bagi orang yang mengalami cedera. Lebih dari itu, fisioterapi berperan dalam upaya pencegahan, pemulihan, hingga pendampingan jangka panjang. Fisioterapis membantu individu menjaga kekuatan otot, fleksibilitas sendi, keseimbangan, dan koordinasi gerak.
Di usia lanjut, fisioterapi sangat relevan karena mampu:
-
Mencegah kelemahan otot (frailty). Dengan latihan khusus, otot tetap kuat sehingga lansia dapat beraktivitas mandiri.
-
Mengurangi risiko jatuh. Program keseimbangan yang dilakukan secara teratur terbukti menurunkan angka kejadian jatuh.
-
Mempertahankan kemandirian. Lansia dapat tetap melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bergantung penuh pada orang lain.
-
Meningkatkan kualitas hidup. Dengan tubuh bugar, lansia lebih percaya diri untuk tetap berinteraksi sosial, berpartisipasi dalam kegiatan, dan menikmati masa tua dengan bahagia.
Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Jawa Barat dalam pernyataannya menyebutkan, “Fisioterapi hadir di setiap tahap kehidupan, mulai dari bayi, dewasa, hingga usia lanjut. Namun, di masa tua, peran fisioterapi menjadi semakin penting karena menjaga kemandirian lansia berarti juga menjaga martabat dan kualitas hidup mereka.”
Fisioterapi dan Pola Hidup Sehat
Selain peran profesional fisioterapis, penuaan sehat juga perlu ditopang oleh pola hidup sehat yang konsisten. Beberapa langkah sederhana yang dianjurkan antara lain:
-
Aktivitas fisik teratur. Jalan kaki, senam ringan, yoga, atau latihan peregangan dapat dilakukan setiap hari.
-
Nutrisi seimbang. Asupan protein, kalsium, dan vitamin D sangat penting untuk kesehatan otot dan tulang.
-
Tidur cukup. Istirahat berkualitas membantu pemulihan tubuh.
-
Mengelola stres. Lansia yang bahagia terbukti lebih sehat secara fisik maupun mental.
Namun, aktivitas ini akan jauh lebih efektif jika dikombinasikan dengan program fisioterapi yang sesuai kebutuhan.