Hal yang sama juga disampaikan oleh Deni Weje, salah satu panitia penyelenggara yang menyampaikan bahwa Ketupat mewakili dua simbolisasi makna yakni “ngaku lepat” berarti mengakui kesalahan, dan “laku papat” atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat.
Deni menambahkan bahwa “laku papat” ini yang mau ditawarkan untuk direfleksikan bagi setiap warga yang hadir dalam festival ini agar makna lebaran tidak hilang. Beliau menjelaskan, Lebaran (kata dasar lebar) berarti pintu ampun yang dibuka lebar terhadap kesalahan orang lain. Luberan (kata dasar luber) berarti melimpahi, memberi sedekah pada orang yang membutuhkan.
“Leburan (kata dasar lebur) berarti melebur dosa yang dilalui selama satu tahun. Laburan (kata lain kapur) yakni menyucikan diri, agar hati bersih putih kembali,” sebutnya.
Sangat terasa, Festival ketupat ini juga menjadi ajang silaturahmi antar umat beragama yang ada di Kota Banjar. Tanpa canggung umat Kristiani yang hadir melebur penuh sukacita dan gelak tawa ria membuat ketupat dan bergembira mengikuti kegiatan persaudaraan ini hingga larut malam. (Ucup)