BANJAR, JURNALMEDIA.ID – Dua warga asal Parungsari, Kelurahan Karangpanimbal, Kota Banjar, harus dilarikan ke RSUD Banjar setelah digigit oleh ular King Kobra sepanjang 3,5 meter, Jumat 04 Oktober 2024 siang. Peristiwa ini mengejutkan warga setempat, mengingat ular tersebut merupakan spesies yang sangat langka ditemukan di Jawa.
Insiden bermula ketika Gilang (25) dan Fajar (25) berusaha menangkap ular di dalam sebuah warung di Kawasan rest area Banjar Atas. Awalnya, Fajar dipanggil oleh Gilang untuk membantu menangkap ular Sanca. Namun, alih-alih menemukan ular Sanca, Fajar justru terkejut melihat seekor ular King Kobra besar berwarna coklat di dalam warung tersebut.
Fajar menjelaskan bahwa mereka tidak menggunakan peralatan pelindung yang memadai ketika menangkap ular tersebut. Akibatnya, keduanya terkena bisa ular King Kobra yang langsung menyerang tangan mereka, menyebabkan gejala mual hingga muntah.
“Saya diberitahu ada ular Sanca di dalam warung, tapi ketika saya periksa, ternyata itu King Kobra,” ujar Fajar.
Setelah berhasil menangkap ular tersebut, kedua korban justru harus berurusan dengan efek berbahaya dari bisa ular King Kobra. Luka di tangan mereka yang terkena bisa mengakibatkan mual hebat dan muntah. Meski ular berhasil diamankan, kondisi korban memerlukan penanganan medis segera.
Para warga sekitar langsung menghubungi petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk menangani ular tersebut. Petugas yang tiba di lokasi segera memasukkan ular King Kobra ke dalam karung, lalu membawanya ke markas Damkar untuk diamankan.
Menurut keterangan Ipong, salah satu petugas Damkar yang terlibat dalam penanganan, ular King Kobra yang ditangkap ini berasal dari Kalimantan, bukan jenis King Kobra Jawa yang biasanya berwarna hitam. Ular yang ditangkap berwarna coklat, ciri khas King Kobra Kalimantan.
“Saya sangat terkejut melihat King Kobra Kalimantan di sini, karena biasanya King Kobra Jawa warnanya hitam,” ungkap Ipong.
Ipong juga menduga bahwa ular King Kobra Kalimantan tersebut merupakan hewan peliharaan yang terlepas dari kandangnya. Ia menambahkan bahwa racun King Kobra sangat mematikan, terutama jika mengenai kulit yang terluka. Bisa ular ini dapat menjalar ke seluruh tubuh dan menyebabkan dampak fatal jika tidak segera ditangani.
“Jika ada luka di kulit dan terkena bisa King Kobra, bisa dipastikan dampaknya akan sangat parah. Ada kemungkinan ular ini dipelihara oleh seseorang dan lepas,” tambah Ipong.
Mengingat ular King Kobra sangat berbahaya, petugas Damkar memutuskan untuk membawa ular tersebut ke kantor Damkar. Rencananya, ular itu akan dilepaskan kembali ke habitat aslinya yang jauh dari pemukiman penduduk, demi menjaga keselamatan warga.
Sementara itu, kondisi kedua korban, Gilang dan Fajar, saat ini masih dirawat intensif di IGD RSUD Banjar. Para tenaga medis terus memantau perkembangan kesehatan mereka untuk memastikan bisa ular tidak memberikan dampak lebih buruk.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap satwa liar, terutama yang berpotensi membahayakan seperti ular berbisa. Meski tidak sering ditemukan, ular seperti King Kobra bisa muncul di tempat-tempat yang tidak terduga, dan tindakan pencegahan serta penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari korban.
Masyarakat juga diimbau untuk tidak mencoba menangkap ular atau satwa berbahaya lainnya tanpa bantuan ahli atau peralatan yang memadai. Jika menemukan ular di lingkungan sekitar, segera hubungi petugas yang berwenang agar bisa ditangani secara profesional dan aman.
Kesimpulan
Insiden gigitan ular King Kobra Kalimantan di Kota Banjar menyoroti risiko satwa liar yang berbahaya, terutama ketika manusia tidak siap menghadapi situasi semacam itu. Penting untuk selalu berhati-hati dan melibatkan pihak yang berwenang jika menemukan satwa berbahaya di sekitar kita. Kejadian ini juga menekankan pentingnya penanganan cepat dan profesional untuk mencegah dampak yang lebih fatal. (**)