Mimpi istri jepang saat ini di antara pasangan suami istri sebanyak 30% istri adalah ibu rumah tangga profesional dan di antara pasutri berpenghasilan ganda 58% bekerja paruh, umumnya memang lagi lagi jepang tidak membantu istri secara langsung dalam hal mengasuh anak tetapi perempuan Jepang juga tidak mau bekerja keras setelah menikah.
Data dari isi di melaporkan peringkat kesenjangan gender dunia dan sayanya jepang berada di peringkat ke 120 negara survei tersebut boleh jadi mewakili pandangan barat terkait bagaimana jepang memperlakukan perempuan yang seolah tidak memiliki hak, selain urusan domestik ya para feminis barat bakalan berpikir jika perempuan bisa dipromosikan seperti laki laki dan mendapatkan gaji yang bagus, bahkan setelah menikah dan memiliki anak keluarga tersebut akan bahagia.
Namun pandangan itu tidak lebih dari sekadar bagaimana barat selalu mengimpor nilai-nilai mereka ke wilayah lain termasuk Jepang ya perempuan jepang berbeda dengan perempuan di tempat lain di dunia, setelah menikah mereka umumnya enggan bekerja keras mereka ingin pergi ke kafe dan bergaul dengan teman-teman ibu rumah tangga dan yang menggunakan uang suami mereka, itulah kebahagiaan perempuan jepang bukan seperti yang didefinisikan feminis-feminis barat bahkan dalam berbagai laporan kendati ada kebutuhan mendesak untuk partisipasi ekonomi yang lebih besar dari kaum hawa perempuan jepang tidak tertarik untuk menjadi pemimpin jika ada peringkat kekuatan ibu rumah tangga dunia Jepang mungkin akan menjadi nomor satu.
Banyak orang barat yang tidak percaya akan hal ini bahkan banyak perempuan Jepang muda yang sampai saat ini masih ingin menjadi ibu rumah tangga salah satu yang mendorong yakni kesenjangan dan ekosistem kerja berdasarkan gender, bahkan sebagaimana dalam laporan japan today lebih dari setengah perempuan muda Jepang membenci perusahaan tempat mereka bekerja.
Uang saku, ada begitu banyak tujuan mengapa orang menikah di jepang umumnya tujuan menikah ialah untuk memiliki keturunan dan itulah salah satu yang menilai mereka berhasil jadi terkadang suami sering kali dijadikan alat untuk membantunya memiliki bayi dan melindungi mereka setelah menikah, anda bukan lagi pacar anda menjadi seorang suami dan berhubungan seks untuk mendapatkan anak lalu setelah punya anak suami-suami Jepang dalam suatu lelucon disebut ATM yang sudah bulan para istri akan menarik semua gaji suami mereka suami-suami Jepang tidak dapat mengubah password rekening dan sebagai gantinya bagi pekerja yang telah berkeluarga akan diberikan tunjangan setiap bulan ya ini sekitar 35 ribu yen atau sekira 5,4 juta rupiah.
Presentasi yang diambil istri-istri Jepang memang sulit dipercaya pasalnya kalian akan mendapatkan harga yang lebih baik dengan menginvestasikan uang kalian di Rusia, pada gilirannya jika ada peringkat mengenai kekuatan suami dunia jepang dipastikan akan menjadi aktor, perkawinan nihil sexs dalam sebuah penelitian bertajuk postpone marriage ekspor yang comments views of management and work in japan yang ditulis Gumi Koni Moto menemukan di antara pasangan suami istri di depan 61% laki-laki dan 64% perempuan.
Jadi bisa dibilang di Jepang masalah seksisme bukanlah suatu masalah sebaliknya perilaku seks merupakan kebiasaan orang-orang Jepang, karena setelah memiliki anak pasti tuh di jepang menjadi keluarga yang sebenarnya masuk tuh di Jepang hampir tidak pernah berperilaku bucin atau layaknya pasangan yang sedang dimabuk asmara dapat anak-anak ataupun keluarga mereka perilaku romantis itu, bahkan berdampak terhadap relasi seksual di antara mereka dalam sebuah survei oleh asosiasi keluarga berencana seperti dalam laporan yang dipublikasikan tegal dan menemukan hampir setengah dari pasangan menikah di Jepang tidak berhubungan seks selama lebih dari sebulan.
Jika istri melihat suami hanya sebagai ATM tentu tidak ada manusia yang ingin berhubungan seks dengan ATM bukan, ya pada akhirnya sebagai simpulan kebanyakan suami di Jepang hampir pasti takut pada istri mereka satu-satunya kunci dari harmonisnya hubungan suami istri Jepang adalah patuh terhadap istri, di sisi lain perempuan jepang tidak berkarir di masyarakat sebaliknya mereka hanya akan menjadi CEO keluarga mereka memaksa suami menjadi pecandu kerja dan mengendalikan mereka secara diam diam berbeda dengan negara seperti Amerika masyarakat Jepang tidak dikontrol oleh negara masyarakat Jepang justru dikontrol oleh ibu rumah tangga.