JURNALMEDIA.ID – Facebook, media sosial terbesar di dunia, kembali berada di bawah sorotan publik setelah CEO-nya, Mark Zuckerberg, dipanggil untuk bersaksi di depan Senat AS pada Kamis, 1 Februari 2024. Sidang ini merupakan bagian dari penyelidikan terkait kasus eksploitasi online yang menimpa seorang gadis berusia 14 tahun di Inggris, Molly Russell, yang bunuh diri setelah melihat konten depresi dan bunuh diri di Instagram, salah satu platform yang dimiliki oleh Facebook.
Sidang ini juga membahas isu-isu lain yang berkaitan dengan tanggung jawab Facebook atas konten yang ditampilkan kepada penggunanya, seperti kesehatan mental, keamanan, privasi, informasi palsu, dan ujaran kebencian. Dalam sidang yang berlangsung selama empat jam, Zuckerberg menghadapi berbagai pertanyaan yang menantang dari para senator, baik dari Partai Demokrat maupun Republik. Bagaimana tanggapan Zuckerberg dan apa dampaknya bagi Facebook dan penggunanya? Berikut adalah ulasan lengkapnya.
Kasus Molly Russell: Zuckerberg Minta Maaf dan Janji Perbaikan
Salah satu fokus utama sidang ini adalah kasus Molly Russell, seorang gadis berusia 14 tahun yang ditemukan tewas di kamarnya pada November 2017, setelah melihat konten depresi dan bunuh diri di Instagram. Keluarga Russell menuduh Facebook tidak bertanggung jawab atas konten berbahaya yang ditampilkan kepada anak-anak dan remaja, dan menuntut agar perusahaan tersebut melakukan perubahan.
Zuckerberg mengaku menyesal dan minta maaf kepada keluarga Russell atas tragedi yang terjadi. Ia juga mengatakan bahwa Facebook telah meningkatkan upaya untuk mendeteksi dan menghapus konten yang melanggar kebijakan, serta memberikan dukungan kepada pengguna yang membutuhkan. Ia menambahkan bahwa Facebook mendukung undang-undang yang mengatur tanggung jawab platform media sosial atas konten yang mereka tampilkan, seperti Online Safety Bill yang sedang dibahas di Inggris.
Namun, permintaan maaf dan janji perbaikan Zuckerberg tidak cukup untuk meyakinkan para senator, yang meragukan komitmen dan kemampuan Facebook untuk melindungi penggunanya. Beberapa senator menunjukkan contoh-contoh konten yang masih dapat ditemukan di Instagram, seperti gambar-gambar yang mempromosikan anoreksia, automutilasi, dan bunuh diri. Mereka juga menanyakan mengapa Facebook tidak mengambil tindakan lebih tegas, seperti menghentikan algoritma yang merekomendasikan konten berbahaya kepada pengguna yang rentan.
Kesehatan Mental dan Keamanan: Facebook Dituding Tidak Peduli
Isu kesehatan mental dan keamanan pengguna juga menjadi sorotan dalam sidang ini, terutama terkait dengan dampak negatif yang ditimbulkan oleh Facebook terhadap anak-anak dan remaja. Beberapa senator mengkritik Facebook atas rencananya untuk meluncurkan Instagram for Kids, sebuah versi Instagram yang ditujukan untuk anak-anak di bawah 13 tahun. Mereka menganggap bahwa Facebook tidak mempertimbangkan risiko dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh platform tersebut, seperti penurunan harga diri, kecanduan, pelecehan, dan eksploitasi.
Zuckerberg membela rencananya dengan mengatakan bahwa Instagram for Kids akan memberikan pengalaman yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak, dengan fitur-fitur yang dirancang khusus untuk melindungi privasi dan keselamatan mereka. Ia juga mengatakan bahwa Facebook akan bekerja sama dengan orang tua, ahli, dan regulator untuk memastikan bahwa platform tersebut sesuai dengan standar tertinggi. Ia menegaskan bahwa Facebook tidak akan meluncurkan Instagram for Kids tanpa mendapatkan persetujuan dari otoritas yang berwenang.
Namun, para senator tetap tidak puas dengan jawaban Zuckerberg dan menuntut agar Facebook membatalkan rencananya untuk meluncurkan Instagram for Kids. Mereka mengutip hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan media sosial dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental anak-anak dan remaja, seperti meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan makan. Mereka juga menyoroti fakta bahwa Facebook sendiri telah mengakui bahwa Instagram dapat merusak kesejahteraan psikologis penggunanya, seperti yang terungkap dalam dokumen internal yang bocor tahun lalu.
Privasi dan Data: Facebook Dituding Tidak Transparan
Isu privasi dan data pengguna juga menjadi perhatian dalam sidang ini, terutama terkait dengan praktik Facebook dalam mengumpulkan dan menggunakan data pribadi penggunanya, serta perlindungan yang diberikan oleh Facebook terhadap data tersebut. Beberapa senator menanyakan mengapa Facebook meminta penggunanya untuk memberikan data yang sensitif, seperti lokasi, kontak, dan aktivitas, tanpa memberikan pilihan yang jelas dan mudah untuk menolak atau menghapusnya. Mereka juga menanyakan bagaimana Facebook memastikan bahwa data tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak ketiga, seperti pengiklan, pengembang, atau pemerintah.
Zuckerberg menjawab bahwa Facebook meminta data penggunanya untuk memberikan layanan yang lebih baik dan relevan bagi mereka, seperti menampilkan iklan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka, atau memberikan saran teman yang potensial. Ia juga menjawab bahwa Facebook memberikan kontrol yang cukup kepada penggunanya untuk mengelola data mereka, seperti mengubah pengaturan privasi, mengunduh data, atau menghapus akun. Ia juga menjawab bahwa Facebook memiliki kebijakan dan mekanisme yang ketat untuk melindungi data penggunanya dari pihak yang tidak berwenang, seperti enkripsi, audit, dan sanksi.
Namun, para senator tetap tidak percaya dengan jawaban Zuckerberg dan menuduh Facebook tidak transparan dan akuntabel atas data penggunanya. Mereka mengutip beberapa skandal yang melibatkan Facebook dalam beberapa tahun terakhir, seperti kasus Cambridge Analytica, yang menyalahgunakan data 87 juta pengguna Facebook untuk mempengaruhi pemilihan presiden AS 2016, atau kasus peretasan yang membocorkan data 533 juta pengguna Facebook, termasuk nomor telepon, alamat email, dan tanggal lahir. Mereka juga menyoroti bahwa Facebook sering kali mengubah kebijakan dan pengaturan privasinya tanpa memberitahu penggunanya secara jelas dan tepat.
Informasi Palsu dan Ujaran Kebencian: Facebook Dituding Tidak Efektif
Isu informasi palsu dan ujaran kebencian juga menjadi pembahasan dalam sidang ini, terutama terkait dengan peran Facebook dalam menyebarkan konten yang salah, menyesatkan, atau berbahaya, yang dapat memicu konflik, kekerasan, atau polarisasi. Beberapa senator menanyakan mengapa Facebook tidak lebih aktif dan proaktif dalam mengidentifikasi dan menghapus konten yang melanggar kebijakan, standar, atau hukum, seperti konten yang mengandung hoaks, propaganda, atau diskriminasi. Mereka juga menanyakan bagaimana Facebook menangani kasus-kasus yang sulit atau ambigu, seperti konten yang bersifat satir, parodi, atau opini.
Zuckerberg menjawab bahwa Facebook telah berinvestasi secara besar-besaran dalam teknologi dan tenaga manusia untuk memerangi informasi palsu dan ujaran kebencian di platformnya, seperti menggunakan kecerdasan buatan, verifikator fakta, moderator, dan mitra masyarakat sipil. Ia juga menjawab bahwa Facebook telah mengembangkan kebijakan dan standar yang jelas dan konsisten untuk menentukan konten yang diperbolehkan atau tidak di platformnya, serta bekerja sama dengan otoritas dan pakar yang relevan untuk menyelesaikan kasus-kasus yang sulit atau ambigu. Ia juga menjawab bahwa Facebook telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas dan keragaman informasi yang disajikan kepada penggunanya, seperti memberikan label, peringatan, atau konteks kepada konten yang dipertanyakan, atau memberikan saran untuk melihat sumber-sumber yang berbeda atau lebih tepercaya.